Oleh: Supriadi)*
"Tahun 2040 : 2.000 pulau tenggelam, Gila!!! Itulah kesan pertama penulis ketika membaca email dari mailing list tauziyah. Artike yang berjudul Tahun “2040 : 2.000 pulau tenggelam” itu jelas memberikan pesan kepada kita semua penghuni bumi ini akan bahaya bencana lingkungan di depan mata kita. Oleh karena itu kita harus melakukan tindakan sekecil apapun guna menyelamatkan bumi ini".
Akhir-akhir ini udara semakin tidak menentu. Kadang panas, mendung dan hujan. Jika sudah tidak turun hujan beberapa minggu maka asap mulai menyelubungi kota Pontianak . Mungkin itu bukanlah suatu masalah yang perlu kita risaukan sebab Pontianak merupakan daerah khatulistiwa dan setiap tahunnya mengalami kejadian yang sama. Namun, jika kita hubungkan dengan istilah pemanasan global hal ini tentu ada kaitannya.
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Planet Bumi telah menghangat (dan juga mendingin) berkali-kali selama 4,65 milyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktifitas manusia. Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15°C (59°F). Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit).
Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100. Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm (4 - 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Potensi kerusakan sangat besar sehingga ilmuan-ilmuan ternama dunia menyerukan perlunya kerjasama internasional serta reaksi yang cepat untuk mengatasi masalah ini.
Lalu apakah gejala-gejala pemanasan global tersebut? Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global)
Menurut informasi penulis baca, hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara Inter-governmental yang dipulikasikan oleh Panel on Cimate Change (IPCC) isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 – 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat.
Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam beberapa daerah di Indonesia termasuk ibu kota Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Begitulah ungkapan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).
Gejala serupa sudah terjadi di Indonesia. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum di Sumatera Utara meningkat 0,17o C per tahun. Di Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C per tahun. Gejala lain adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, Gunung Jayawijaya di Papua misalnya.
Sudah jelas pemanasan global ini mengancam kedaulatan negara. Melelehnya Es di kutub-kutub terus mengalir ke laut lepas dan menyebabkan meningkatnya intensitas air. Pulau-pulau kecil terluar di Indonesia bisa lenyap dari peta bumi. Otomatiske daulatan negara akan terancam karena pulau-pulau tersebut lenyap dan menghilang.
Pembaca yang budiman, diperkirakan 10 tahun lagi hutan Kalimantan akan habis termasuk di Kalimantan Barat, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih. hal tersebut pasti akan terjadi jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars.
Berikut adalah cara-cara praktis dan sederhana ‘mendinginkan’ bumi. Pertama, matikan listrik ika tidak digunakan. Usahakan jangan meninggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger handphone, TV atau komputer serta alat-alat elektronik lainnya dari stop kontak. Meskipun listrik tak mengeluarkan emisi karbon, tetapi ternyata pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi). Kedua, jika anda memakai AC aturlah suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C). Tutuplah pintu dan jendela selama AC menyala dan gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll). Ketiga, menanam pohon di lingkungan sekitar kita. Hal ini sangat bermanfaat untuk menambah rindang halaman rumah dan untuk penghijauan sehingga suasana terasa lebih dingin. Selanjutnya atur pengeluaran atau pembuangan asap pada kendaraan kita agar asap tidak menambah parah polusi di daerah kita. Kemudian bagi anda yang suka membajir kertas, stop sekarang juga. Hematlah penggunaan kertas karena bahan baku kertas tersebut berasal dari kayu. Terakhir, jangan bakar sampah plastik karena menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Sebaiknya dikumpulkan dan diberikan saja ke pemulung untuk mereka jual kemudian akan didaur ulang kembali.
Hal terkecil yang dapat kita lakukan adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan-rekan kita. Dan kepada para pemimpin untuk melakukan langkah-langkah kongkrit agar pemanasan global dapat dikurangi khususnya di Indonesia. Yaitu dengan menyelamatkan hutan-hutan dari para pengusaha illegal atau cokong-cukong kayu yang tidak bertanggung jawab. Tangkap dan adili mereka bukan malah sebaliknya terlibat melindungi dengan melindungi mereka karena sudah merasakan nikmatnya uang dari hasil perbuatan illegal. Kepada para aktivis lingkungan untuk terus bergerak memperjuangkan lingkungan demi terwujudnya lingkungan yang bersahabat bagi kita semua.
Penulis adalah Pembelajar yang selalu mendambakan Pontianak menjadi Kota yang Bersih dan Bersinar.
Comments