Pembinaan anak dan remaja merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)। Pembinaan ini merupakan tanggung jawab bersama orang tua atau keluarga, masyarakat, sekolah, pemerintah, serta anak dan remaja sendiri. Baik tidaknya pembinaan tersebut menentukan kelangsungan hidup serta pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan mental anak.
Untuk apakah pembinaan anak dan remaja? Dan bagaimana cara yang tepat? Siapa yang berperan dalam pembinaan anak? Berikut penulis uraikan sekilas dalam artikel penulis yang berjudul “ Anak Vs Organisasi ”
Para pembaca yang budiman, tujuan pembinaan anak dan remaja adalah membentuk manusia Indonesia berkualitas yaitu yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, tangguh, sehat, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, dan profesional. Orang tua mana sih yang tidak mau anaknya menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada orang tuanya? Orang tua mana yang tidak akan bangga jika anak mereka cerdas, kreatif, disiplin atau mempunyai jiwa dan watak kepemimpinan.
Para pembaca yang budiman, penulis yakin kita semua pernah mengikuti salah satu organisasi saat masih duduk di bangku sekolah. Bahkan ada di antara kita yang mengikuti berbagai organisasi, seperti aktif di OSIS, Pramuka, Paskibra, Pecinta Alam dan sebagainya dalam satu waktu. Lalu apakah organisasi turut berperan dalam pembinaan watak kita semua? Ya, pasti! Organisasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan dan pembinaan karakter atau sikap seseorang. Termasuk penulis sendiri.
Roger A. Hart menyatakan bahwa salah satu wadah untuk pengembangan karakter atau sikap anak tentang demokrasi adalah melalui organisasi. Demokrasi tercipta hanya melalui praktek dan pelibatan langsung. Ia tidak tumbuh secara tiba-tiba melalui kematangan yang sederhana pada masa dewasa, ia terbentuk dari masa kanak-kanak (Weinstein, C.S., & David, T.G., (ed.), 1987:217).
Sejak di SLTP dan SMA anak-anak yang mengenyam dunia pendidikan telah diperkenalkan dengan Organisasi Intra Sekolah, Organisasi Kepanduan (Pramuka), dan Palang Merah Remaja. Selanjutnya di perguruan tinggi, organisasi semakin beragam, baik itu organisasi intern kampus maupun ekstern kampus. Selain itu ada juga organisasi orang dewasa di luar lingkungan pendidikan., organisasi remaja mesjid misalnya.
Apapun tujuan sebuah organisasi tersebut yang penting adalah anak minimal memperoleh dasar-dasar berorganisasi dan aktif berperan dalam pembelajaran berdemokrasi. Anak-anak terbiasa mengemukakan pendapat dan memberikan suara serta ikut mengambil keputusan terbaik bagi mereka. Selain itu anak juga akan terlatih menyusun rencana, melaksanakan program kegiatan dan mengevaluasinya di organisasi masing-masing. Tentunya seluruh pengalaman berorganisasi baik di sekolah, di perguruan tinggi maupun di masyarakat ini sangat bermanfaat terjun ke masyarakat kelak.
Namun sangat disayangkan bahwa sebagian organisasi baik di sekolah maupun di kampus serta di masyarakat tidak berjalan dengan baik. Seperti organisasi orang dewasa, organisasi yang mewadahi anak hanya ada kegiatan pada saat pemilihan dan pembubaran pengurus organisasi. Selebihnya kegiatan organisasi sedikit atau vacum, apabila terlihat ada kegiatan, itu hanya karena inisiatif ketua semata. Pengurus lain sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti belajar sedangkan kewajiban mereka memajukan atau menggerakan organisasi terabaikan.
Mengapa terjadi demikian? Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis kenyataan ini, selain dipicu oleh kurang adanya dorongan dan motivasi – penghargaan sekolah, nilai dan atau materi – juga keterbatasan kemampuan pengurus dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengevaluasian program organisasi. Di samping itu minimnya kemampuan anak dalam menentukan isu juga menyebabkan kurang “bergairahnya” Sebuah organisasi. Mereka terlalu asyik dengan persoalan yang terkait dengan teknis-teknis organisasi, tetapi mereka lupa bahwa visi mereka untuk kemaslahatan minimal anggota organisasi itu sendiri.
Pembaca yang budiman, apakah perbedaan organisasi anak dan remaja di Indonesia di bandingkan dengan organisasi yang ada di luar negeri sana? Seperti di Filipina, Australia, Inggris misalnya.
Menurut Hamid Patilima (Anggota Delegasi Major Group Anak – IPF untuk WSSD) dalam artikelnya yang berjudul “Berorganisasi: Menanam Bibit Bibit Demokrasi Pada Anak” anak-anak di organisasi seperti Youth General Assembly mempunyai penguasaan anggotanya terhadap isu-isu telah dan sedang berkembang di sekitar mereka dengan sangat baik. Baik itu yang terkait dengan anak langsung maupun yang tidak langsung pada kehidupan anak. Mereka tidak hanya mengangkat isu-isu yang terkait dengan mereka secara langsung, seperti bebaskan biaya sekolah, turunkan harga buku, dan bebas biaya transportasi. Tetapi, mereka turut serta mendukung isu-isu yang diusung oleh kelompok Utama lain, terutama yang terkait dengan air, energi, kesehatan, pertanian dan keanekaragaman hayati – WEHAB (Water, Energy, Health, Agriculture, and Bio-diversity).
Gambaran seperti itu masih jarang terlihat pada organisasi di tanah air. Ada beberapa kendala mendasar yang menghambat perkembangan organisasi anak. Kendala yang dimaksud adalah: perasaan memiliki, sumber daya manusia, pemilihan isu dan penguasahaan materi isu. Selain itu kurannya pengkaderan atau pelatihan manajemen organisasi yang didapat oleh para penggerak organisasi. Yang lebih parah lagi keadaan lapangan belum sepenuhnya menerima partisipasi anak melalui organisasinya untuk memperlancar pertumbuhan dan perkembangan kehidupan berorganisasi dan demokrasi, terutama dalam proses pengambilan kebijakan pemerintah.
Pembaca yang budiman, meskipun kemajuan dan peranan serta kemampuan anak dan remaja anggota organisasi di tanah air masih belum dapat menyamai teman-temannya di Youth General Assembly, atau teman-teman mereka di beberapa Negara seperti di sebutkan di atas, namun, partisipasi anak dalam pembangunan perlu diciptakan, karena kondisi tersebut akan melahirkan embrio-embrio demokrasi yang bertanggung jawab di masyarakat atau sekolah.
Penulis berharap semoga pembinaan anak dan remaja sebagai tunas bangsa, termasuk pembinaan untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan budi pekerti, peningkatan disiplin, peningkatan minat baca, dan semangat belajar, perlu ditingkatkan dengan berbagai upaya yang makin terpadu dapat terwujud seiring kusamnya nasib dunia pendidikan kita saat ini.
Semoga semua pihak seperti para orang tua, pihak sekolah (kepala sekolah) dan masyarakat maupun pemerintah lebih mendukung sepenuhnya kegiatan mereka dan lebih memperhatikan suara (organisasi) anak dalam pengambilan keputusan. Dan para aktivis organisasi, seperti aktivis mahasiswa dan aktivis-aktivis LSM lebih peduli lagi terhadap pembinaan organisasi anak-anak di sekolah dengan ikut meningkatkan keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian agar pembinaan watak (character building) anak berjalan seiring perkembangan kecerdasan intelektual mereka. Semoga!
Artikel ini di terbitkan di Harian Equator Pontianak
Edisi: 13 Agustus 2007
Comments
[/url].